Oya ga Saikon. Koibito ga Ore wo「Onii-chan」to Yobu Youni Natta - Vol.1 || Chapter 1 - Part 1

ReanS

Chapter 1 – Part 1

Aku menyeringai ketika melihat kalender yang terpampang di dinding di ruanganku, sebelum berangkat ke sekolah.

Saat ini, Juni.

Tidak ada hari libur, dan jika kau hidup dengan normal, tidak ada acara special.

Bisanya, aku tidak merasakan kesenangan apapun ketika aku melihat kalender.

Tapi tahun ini berbeda.

Bulan ini, Nenehana dan aku telah berkencan selama dua bulan.

Sampai sekarang, ketika teman pria disekitarku akan mengatakan sesuatu seperti ini,

“Hah~, ini sangat merepotkan untuk berkonsentrasi tentang berapa bulan dia bersamaku. Itu tidak penting, bukan?”

Dan ketika aku melihat mereka menghela napas, aku memberi mereka ungkapan yang tepat, “Yeah, benar~” sebagai balasannya.

–Tidak, tidak. Itu tidak mungkin tidak penting kau bodoh!!

Dalam pikiranku, aku membalas pernyataanku di masa lalu.

Seperti yang kuduga, aku tidak ingin merayakannya setiap bulan, dan Nenehana juga terlihat tidak ingin merayakan hari jadi kami.

Namun, itu menyenangkan untuk tertawa Bersama dalam percakapan biasa, ketika mengatakan, “Ini sudah hampir dua bulan semenjak kita bersama…”.

Semakin lama kami menghabiskan waktu bersama, semakin dekat perasaan kami satu sama lain.

Namun, aku bertanya pada diriku sendiri untuk menjadi rendah dan sensitif tentang itu.

Bagaimanapun, sejak aku merasa bahwa kami punya sedikit waktu untuk bersama, jadi aku mempunyai perasaan ingin untuk memeras bahkan momen kebahadiaan terkecil darinya.

Sudah dua bulan sejak kami mulai berpacaran, tapi kami bahkan belum berkencan diluar sekolah.

Bahkan di sekolah, kami hanya belajar bersama dan berpura-pura sedang berkencan.

Kami hanya berpegangan tangan ketika berjalan pulang ke stasiun dari sekolah, dan tidak ada yang terjadi diantara kami selain itu.

Perasaan bersalah memulai sebuah hubungan satu sama lain setelah kami menjadi peserta ujian bersama dengan kegugupan karena menjalin hubungan untuk pertama kalinya, suasana yang tercipta dari kami berdua, membuatnya sulit bagi kami berdua untuk mengungkapkan keinginan untuk berkencan diluar sekolah.

Setelah musim panas berakhir, kami akan fokus sepenuhnya pada ujian.

Jadi, waktu yang bisa kami habiskan berdua dalam jumlah yang cukup, hanya dua bulan selanjutnya atau lebih.

“Kupikir ini akan bagus untuk menghabiskan waktu bersama…, tapi sejujurnya, aku sangat ingin untuk terbuka di sekitarnya dan mengajaknya kencan yang layak…, jika tidak, aku takut tapi kami bahkan tidak punya waktu untuk berbicara tentang pergi berkencan sama sekali”

Ketika melihat kalender, aku mulai khawatir tentang waktu yang tepat untuk mengajaknya berkencan.

Ini mungkin menyebalkan untuk memiliki beberapa tes atau tes tiruan setiap saat di setiap bulannya.

–Jika aku tau bahwa kami punya perasaan yang sama satu sama lain, aku seharusnya mengaku padanya saat tahun kedua…

Memikirkannya aku mungkin telah melakukan kesalahan besar, aku menuju altar Buddha ayahku.

Aku membunyikan bel dua kali, dan kemudian menyatukan kedua tanganku untuk berdoa.

“Selamat pagi, ayah. Aku akan pergi sekarang”

Ketika aku menyelesaikan rutinitas pagiku dan berdiri, ibuku datang.

“Hei, Daiki. Bisa kita berbicara sebentar, apakah itu baik-baik saja?”

“Eh? Itu tak apa, tapi… ini hampir waktunya pergi kesekolah, jadi singkat aja”

“Eh? Kamu pergi ke sekolah terlalu pagi, bukan? Apa yang kamu lakukan di sekolah sepagi ini?”

Aku ingin pergi ke sekolah secepatnya.

Nenehana juga datang ke sekolah pagi sekali.

Dan aku menantikan belajar bersamanya di kelas sebelum siswa lain datang.

…Bagaimanapun, kami merahasiakan bahwa kami berpacaran dari sebagian besar orang.

Ketika datang rumor, ada orang yang membuat perkataan seperti, “Mulai berkencan setelah menjadi peserta ujian, kau sungguh punya waktu yang banyak bukan~”

(TN ENG: Tahun ketiga SMA disebut Peserta Ujian, mereka perlu mempersiapkan ujian masuk Universitas yang akan datang)

Jika kami terlihat bersama sebentar, itu mungkin tidak ada masalah.

Semuanya tau faktanya bahwa kami berada di komite yang sama dan kami cukup dekat satu sama lain.

Ketika aku di tahun kedua, aku bahkan ditanya, “Mengapa kamu tidak berpacaran denganku” waktu itu, aku tidak berpikir bahwa aku benar-benar mulai berpacaran denganya, tapi

“Aku hanya belajar dengan keras. Itu karena aku bisa berkonsentrasi lebih baik di sekolah”

Secara alami, aku tetap menyembunyikannya bahkan pada ibuku bahwa aku punya pacar.

“Ara~ Ara~ sepertinya kamu tidak ingin buang-buang waktu bukan~. Bukanny ibumu ini memberitahumu untuk keluar dari pekerjaan paruh waktumu ketika kamu di tahun ketiga, tapi itu pada dasarnya memastikan bahwa kamu tidak memotong waktu belajar untuk ujian, meskipun itu jelas bukan alasan bagimu untuk mendapatkan pacar dan menikmati waktumu bermain bersamanya, tau?... dan sebagainya?”

Anak seperti apa dia?

Apa dia lucu?

Apakah kamu punya fotonya?

Bawa dia kerumah lain kali – tentu saja dia bisa bicara sesuatu seperti itu.

Itulah mengapa aku tidak memberitahu ibuku.

Itu juga karena untuk menjaga kedamaian kehidupan sehari-hariku.

“Jadi, ada apa? Ada masalah apa?”

Ketika aku bertanya, ibu berkata.

“Sebenarnya…, aku ingin menikah lagi”

“Heh~? Jadi, ibu menemukan seseorang yang baik? Bagus untukmu. Mengapa ibu tidak melanjutkan menikah lagi?”

Sambil berpikir untuk mengakuinya, aku cukup senang mendapatkan pacar akhir-akhir ini…, jawabku dengan sopan dan setengah hati.

Aku tidak yakin apakah ibuku memperhatikan jawabanku yang setengah hati itu, tetapi dia memandangku dengan tidak setuju.

“Biasanya, tidakkah anak-anak terkejut dengan ini? Apakah tidak apa-apa bagimu untuk tidak keberatan dalam masalah ini?”

“Keberatan… mengapa aku harus menolak atau menghentikan ibuku untuk menikah lagi? Atau ibu ingin aku menghentikanmu?”

“Tidak, bukan seperti itu, tapi… hanya terasa sedikit terlalu ringan dari pihakmu, bukan begitu?”

“Terus terang aku tidak berpikir ibuku akan membuat keputusan yang salah dalam memilih orang yang akan menikah lagi dengannya, dan jika ibu menikah lagi, kita akan memiliki lebih banyak kelonggaran dalam biaya hidup kita, jadi, ibu akan baik-baik saja dengan itu bekerja lebih sedikit dan santai saja, bisa beristirahat juga, kan? Ini semua hasil yang baik yang ditunggu. Aku tidak akan menjadi tidak dewasa untuk menolak keputusan seperti itu”

"Apakah begitu? Terima kasih atas pengertianmu. Jadi, kamu tau, aku ingin mereka tinggal bersama kita di sini jika memungkinkan. Mereka tinggal di apartemen saat ini, dan kita juga punya pengaturan terpisah dengan kamar cadangan juga…”

“Un. Mengerti, ibu bisa melanjutkan pembicaraannya

Jawabku sambil memakai sepatuku di depan pintu masuk.

 

Prev || Index || Next

Komentar