Kasus Tentang Kakak Beradik yang Menjadi Sangat Terobsesi Denganku Setelah Aku Menyelamatkan Mereka - Chapter 10

ReanS


 

Chapter 10 Seperti Ibu, Seperti Putrinya, Seperti yang Mereka Katakan

 

Hei, kalian berdua

Apa?

“…Aku bertanya-tanya bagaimana aku bisa menjadi populer”

“…Ada apa denganmu tiba-tiba?”

Saat itu jam makan siang.

Aku agak khawatir untuk salah satu temanku ketika dia akan mengatakan sesuatu, sementara terlihat sangat serius untuk beberapa alasan.

Untuk sesaat aku berpikir bahwa sesuatu mungkin telah terjadi padanya, tapi setelah mendengar kata-katanya, aku merasa lega dan jengkel pada saat yang sama.

Kita berada di tahun kedua SMA. Mulai tahun depan, kita akan dipaksa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi atau mendapatkan pekerjaan, bagaimanapun juga, kita akan sibuk. Dengan kata lain, hanya ada sedikit waktu tersisa bagi kita untuk menikmati hidup kita sebagai siswa SMA!”

“…Ya, yah, itu benar”

“Benar sekali

Aku tentu sudah memikirkan itu.

Di zaman sekarang ini banyak sekali siswa yang menjalin hubungan, bahkan siswa SD pun sudah berpacaran.

Jumlahnya mulai meningkat untuk siswa SMP, terlebih lagi untuk siswa SMA seperti kami.

Di antara mereka, ada kelompok seperti kami, yang tidak memiliki pengalaman dalam suatu hubungan dan tidak memiliki rencana untuk memilikinya di masa depan.

“Bagaimana kabar kalian sejak kita bertemu di SMA? Aku sudah bersama kalian hampir setiap liburan, liburan musim panas, liburan musim dingin, dan liburan musim semi sekarang. Bukannya aku tak menyukainya, aku bahkan menganggapnya sebagai waktu yang hebat dan tak tergantikan”

Aku tau

“Aku juga bisa mengatakan itu dengan percaya diri”

Aku benar-benar berterima kasih kepada mereka karena berteman denganku.

Aku bertanya-tanya sampai sejauh mana aku diselamatkan oleh kedua orang ini, yang selalu mengajakku jalan-jalan dengan mereka setiap kali liburan tiba.

Saat aku memikirkan ini, salah satu dari mereka dengan ringan mengetuk meja dan melanjutkan.

Orang yang berbicara tentang ingin menjadi populer.

Tapi kau mau pacar kan? Aku ingin mengalami manis dan asamnya cinta murni, kejadian menyenangkan dan memalukan yang hanya bisa dialami oleh siswa SMA sepertiku!”

Aku bahkan tak tau apa yang harus kulakukan lebih hulu untuk mendapatkannya, dan aku tidak melihat ada masalah bahkan jika aku tidak mendapatkannya.

“Pacar kau bilang. Aku tak terlalu suka ditipu… Lihat, apa yang terjadi di kelas sebelah baru-baru ini”

“…Ahh”

Oh, ya, ada banyak keributan tentang selingkuh di kelas sebelah.

Aku tak tau detailnya, tapi kuyakin intinya adalah bahwa seorang anak laki-laki sedang bermain-main dengan seorang gadis yang sudah punya pacar.

Para guru pasti dalam kesulitan karena itu antara siswa.

Cari aja pacar yang tak akan selingkuh!

…Ya

Tapi memiliki pacar yang tidak akan mengkhianatimu adalah hal lain juga.

Aku meletakkan tanganku di daguku dan memikirkannya sebentar, lalu aku mengutarakan pendapatku.

“Aku juga tidak suka gagasan seseorang selingkuh ketika aku menjalin hubungan dengan mereka, tapi kupikir kita juga perlu berusaha untuk tidak membiarkan itu terjadi. Sangat penting untuk memegang teguh hatinya dan membuatnya percaya kalau dirimu tak akan pernah mengkhianatinya sehingga dia tidak akan membuat kesalahan juga”

“…Pasti itu juga”

Yah, pada akhirnya sebagian terserah diri masing-masing.

Aku tak pernah benar-benar punya pacar dan bertemu dengan seorang gadis yang mengatakan dia menyukaiku.

Itu sebabnya aku tak yakin tentang pembicaraan tentang cinta itu, tapi jika aku memiliki pasangan seperti itu, aku pasti akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pria itu… mungkin, tidak, aku yakin.

“…Bagiku, aku senang kalian berdua ada untukku saat aku membutuhkannya

Ah…

“Hayato…”

Mungkin sebagian dari diriku telah kelaparan akan kehangatan manusia sejak aku kehilangan orang tuaku.

Aku tau ini mungkin terdengar seperti aku anak nakal yang manja.

Jika seseorang benar-benar ingin berada di sana untukku, mungkin hanya itu yang kubutuhkan…

Maaf aku membuat suasana menjadi aneh

Apa yang kau bicarakan? Lebih baik jika kau mengatakan apa yang ada di pikiranmu

Ya, itu benar. Orang memegang sesuatu sebelum mereka menyadarinya. Lebih baik kita memuntahkannya terlebih hulu daripada membiarkan sesuatu yang buruk terjadi”

Muntah itu sedikit terlalu kotor.

Tapi baiklah, terima kasih.

Dan kemudian kami melanjutkan percakapan kami, tapi selama itu kami masuk ke topik tertentu.

Aku mendengar beberapa rumor saat kembali dari kamar kecil. Mereka mengatakan kalau Shinjo bersaudari mungkin akhirnya menemukan pacar”

“Seriusan?

Hou?”

Itu baru bagiku.

Menurut apa yang didengarnya, ketika Arisa datang ke sekolah hari ini, dan begitu dia duduk, dia tiba-tiba memiliki ekspresi kerinduan di wajahnya.

Pipinya merona merah dan dia tampak seperti sedang jatuh cinta.

“Tapi adik perempuannya tampaknya telah menyangkalnya, jadi kebenarannya belum diketahui”

“Hmm”

Ah, jadi itu sebabnya anak laki-laki di kelasnya gelisah.

Selama kami pindah ke kelas yang berbeda, aku melihat anak laki-laki di kelasnya, saling melirik, bergumam gelisah tentang sesuatu, seolah-olah sesuatu yang buruk telah terjadi.

Begitu, jadi itu alasannya.

Aku datang ke sekolah dalam perjalanan dengan para gadis, dan dalam perjalanan ke sana dengan Arisa, dia tidak pernah memiliki ekspresi wajahnya yang baru saja disebutkan teman-temannya.

Dia bahkan menjawab kata-kataku dengan cara yang sebenarnya.

“Seperti yang Aina katakan, aku akan menjawab apapun, bahkan tiga ukuran. Sekarang, Hayato-kun, tanyakan apa saja padaku”

Selain tiga ukuran, dia benar-benar acuh tak acuh tentang masalah ini.

Dia bahkan tak tampak malu dengan apa yang baru saja dia katakan, dia bahkan tidak terlihat kesal tentang apa pun.

Dia benar-benar tampak sepertiitu adalah tugasnya untuk menjawab pertanyaanku.

Aku mengatakan kepadanya kalau hal-hal seperti itu tidak boleh dikatakan enteng kepada anak laki-laki, tapi dia terus memiringkan kepalanya dengan bingung.

Seperti yang kupikir, Arisa adalah orang bebal alami.

Kemudian, waktu berlalu dan aku melihat pemandangan yang familier di depanku.

“Aku menyukaimu, Shinjo-san. Kumohon berkencanlah denganku

Maafkan aku. Aku tidak tertarik

Ya, aku melihat adegan pengakuan yang sama persis seperti waktu itu, hanya saja, Aina ada di sana bukannya Arisa yang ditembak.

Saat aku meninggalkan kelas sepulang sekolah, aku kembali melihat Aina, sekarang mengikuti anak laki-laki tadi, dengan ekspresi kesal.

Apakah kamu juga memperhatikanku seperti ini? (Arisa)

Ya meskipun aku bertanya-tanya apakah itu benar-benar hanya kebetulan (Hayato)

Aku menjawab pertanyaan Arisa.

Nah tentang arisa menjadi dia, aku baru saja bertemu dengannya saat aku mengikuti mereka.

“Aina sudah tau tentang Hayato sejak saat itu. Aku benar-benar kagum dengan betapa berwawasan luasnya gadis itu”

“Aku setuju. Namun di sini aku mencoba untuk menutupinya dengan putus asa, yang pasti merupakan pemandangan yang sangat lucu bagi Aina”

Kami terus melihat keduanya di sisi lain ruangan saat percakapan ini berlangsung.

Itu adalah pertempuran antara Aina, yang meyakinkan pria itu bahwa dia tak akan pernah berkencan dengannya, dan pria itu, yang bertekad untuk mengungkapkan perasaannya entah bagaimana.

Aku tidak benar-benar berpikir mereka akan berkencan, tapi kami mengawasi untuk berjaga-jaga jika dia melakukan sesuatu padanya dengan putus asa.

“Ngomong-ngomong, Arisa, bisakah aku menanyakan sesuatu padamu?”

Apapun untukmu

Apa ada seseorang yang kamu sukai, Arisa?

“Kenapa kamu bertanya?”

Aku bercerita tentang percakapanku dengan teman-temanku.

“Aku mengerti apa yang kamu maksud. Singkatnya, aku tidak memiliki siapa pun yang aku inginkan untuk menjadi kekasihku. Dan hubungan seperti itu bukanlah yang aku cari” (TN: Yah, dia emang gk nyari hubungan yang normal, wkwkwk)

…Apakah begitu?

Arisa mengatakan dia tidak baik dengan laki-laki, aku ingin tau apakah itu satu-satunya alasan.

Mungkin dia punya trauma di masa lalunya.

Mungkin hampir merupakan keajaiban bahwa dia bisa berbicara denganku seperti ini, dan aku senang dan sedih memikirkan bahwa kami tiba-tiba memiliki hubungan yang begitu bersahabat setelah insiden di taman itu.

“…Ah, jangan memasang wajah seperti itu… jangan lakukan itu, Hayato-kun. Bukannya aku trauma atau semacamnya”

Apakah begitu?

Ya. Aku baru saja menemukan sesuatu yang lebih penting dari sekedar jatuh cinta secara normal. Aku mengerti bagaimana aku ingin menjalani hidupku dan bagaimana aku ingin itu digunakan”

Aku tidak begitu tau tentang itu… tapi yah, jika dia bilang dia baik-baik saja, maka biarlah.

Lagi pula, jika aku diinginkan, aku pasti berpikir kalau aku akan merasa bahagia. Aku ingin tau apakah itu cinta. Aku tau aku tak perlu menjadi alat untuk diinginkan, tapi bagian dari diriku itu adalah sesuatu yang kuputuskan sebagai seorang wanita”

Dia sepertinya menggumamkan sesuatu, tapi aku tidak bisa mendengarnya, itu terlalu samar untukku.

Oh yah, di sisi lain, percakapan di sisi lain berlanjut seperti biasa, sepertinya bocah itu sangat gigih, dan aku juga merasa Aina tidak lagi tersenyum.

“Karena itulah, aku ingin kamu melihat ibuku juga, Hayato-kun. Karena tampaknya tidak adil kalau kami adalah satu-satunya yang berterima kasih dan berbicara denganmu”

“…Ah~”

Itu berarti kau ingin aku datang ke rumahmu di akhir pekan?

Sekarang aku memikirkannya, aku belum pernah benar-benar berbicara dengan ibu dari keduanya, tapi aku telah melihat seperti apa penampilannya.

Dia memiliki rambut hitam yang mencolok dan penampilan Yamato Nadeshiko.

Wajahnya sangat mirip dengan keduanya sehingga jika mereka berdiri berdampingan, mereka mungkin akan terlihat seperti kakaknya.

Dan sudah berapa kali aku mengalihkan pandanganku darinya karena gayanya yang melampaui keduanya?

Orang seperti apa beliau?

Seperti apabagi kami, kami sudah bersama begitu lama sehingga aku tak pernah memikirkannya, tapi aku berani mengatakan…”

“Berani mengatakan apa?”

“Dalam segala hal, dia adalah ibu yang melahirkan kami

Begitu, jadi itu artinya dia sangat cantik, aku mengerti.

Pada akhirnya, dia menyatakan perasaannya kepada Aina dan pergi dengan cara yang mirip dengan Arisa.

Aku senang tak ada yang terjadi, tapi sekarang, bagaimana aku harus menjawab tentang permintaan Arisa itu?

 

※※※※※

 

POV Sisi Sakuna

Shinjo Sakuna, itulah nama ibu Arisa dan Aina.

Dia tampak sangat muda sehingga sulit untuk percaya bahwa dia memiliki dua anak perempuan, apalagi mereka di SMA, karena dia memiliki penampilan seorang kakak perempuan.

Namun, peristiwa yang terjadi beberapa hari yang lalu itu berhasil membuat bayangan di wajah Sakuna.

Kejadian yang hampir menyebabkan kerusakan tidak hanya pada dirinya sendiri tapi juga pada putrinya, sangat menakutkan untuk membayangkan apa yang akan terjadi jika bantuan tidak datang kepada mereka saat itu.

“Aku sangat senang pria itu menyelamatkan hidupku”

Gadis-gadis itu aman karena dia ada di sana tepat waktu, penyelamat yang muncul memakai labu.

Tentu saja, dirinya juga aman karena dia.

Secara alami, dia ingin berterima kasih padanya karena telah menyelamatkan hidup mereka, dia ingin berterima kasih padanya karena itu adalah hal yang wajar dilakukan manusia.

Tidak apa-apa sekarang

Dia meletakkan tangannya di bahu Sakuna untuk meyakinkannya, serta putrinya.

Sakuna tidak bisa melupakan perasaan tangan besar itu, sedemikian rupa sehingga dia tidak bisa mengeluarkannya dari pikirannya.

Dia hampir memekik membayangkan dirinya menjadi seorang gadis muda yang jatuh cinta lagi, pertemuan itu memiliki dampak yang begitu besar pada dirinya hingga bisa dimengerti kalau dia tidak bisa dengan mudah melupakannya.

“…Haah”

Sakuna menghela napas berat.

Sakuna tidak melihat ekspresinya sendiri di cermin, ekspresi yang sangat mirip dengan kedua putrinya, ekspresi yang kontras dengan seorang ibu.

Itu benar, dia memang ibu dari keduanya.

Ya, seperti yang dikatakan rumor.

(TN: Ooooohhhhhhh, apakah milf akan bergerak???)

 

Prev || ToC || Next

Komentar