Kasus Tentang Kakak Beradik yang Menjadi Sangat Terobsesi Denganku Setelah Aku Menyelamatkan Mereka - Chapter 19

ReanS


 

Chapter 19 – Lengan yang Menjangkau dari Kedalaman Jurang Sudah Mencapai Kaki

 

“…Ini terlihat… buruk” (EDN ENG: Kore, yabakunai?)

“Un… Hayato… kyun

Seolah menanggapi suaraku yang bingung, suara seorang gadis manis terdengar di telingaku.

Aku bangun di pagi hari dan yang menyambutku adalah sesuatu yang memiliki warna kulit… sesuatu yang besar, lembut, dan elastis… yang tampak seperti oppai besar wanita.

Memang itu adalah oppai beneran.

Tapi tunggu, mari kita periksa situasinya dulu, aku tak tau apa yang terjadi.

Tapi entah bagaimana ini sudah ada di depanku ketika aku bangun.

“……”

Aku menginap di kamar Aina tadi malam, dan meskipun gugup, aku bisa langsung tidur…

Aku tidur nyenyak di kamar dengan dua kakak beradik yang cantik di sebelahku

Tapi masih sulit bagiku untuk membayangkan bagaimana aku berakhir seperti ini.

Tidur pada jarak sedekat ini menghadapku adalah Aina, dua kancing teratas piyamanya dilepas.

Aku juga memperhatikan kalau ada tahi lalat di dadanya, penemuan yang kubuat kemarin, tapi sekarang terlihat jelas.

Perlahan aku mencoba melepaskan tubuhnya, tapi Aina, yang seharusnya tertidur, memelukku erat-erat seolah tidak akan pernah melepaskanku.

“Muga!?” [*Gulp]

“…Ehehe~

Dia, yang sedang tidur, memelukku di dadanya, mungkin mengira aku sebagai bantal tubuh.

Oppainya yang lembut itu menempel di wajahku, namun tidak sedikit menyakitkan atau mencekik.

Sebaliknya, itu benar-benar terasa menyenangkan, membuatku berpikir kalau kelembutan ini adalah simbol dari dirinya sebagai seorang wanita.

Tapi–

–Bagaimana aku keluar dari situasi ini? Jika aku mencoba untuk menggerakkan tubuhku sedikit, dia mengencangkan pelukannya padauk sehingga aku tak bisa benar-benar keluar.

“…Apa yang akan kulakukan?”

Jangan menyerah.

Semua akan baik-baik saja.

“…Suu… Suu”

“A-Arisa???”

Jika Aina memelukku dari depan, tidak mengherankan jika Arisa memelukku dari belakang, kan?

Karena kami bertiga sedang tidur seperti karakter sungai, jika Arisa juga membalikkan tubuhnya ke arahku, hal semacam ini akan terjadi… meskipun seharusnya tidak!

“…Apa aku di surga atau neraka?” (EDN ENG: Keduanya? Karena kau telah berdosa karena tidak bersama Sakunacchi)

Sentuhan oppai Aina di wajahku, kelembutan payudara Arisa di punggungku, dan aroma manis yang terpancar dari keduanya hampir membuatku pusing!

Aku hampir ingin menegur diri sendiri karena berpikir untuk keluar dari situasi ini.

Kemudian–

“…?”

……Ah

–Aina membuka matanya.

Dia menatap wajahku, berkedip karena terkejut, sementara aku terjebak di antara oppainya.

Apa yang harus kulakukan dalam situasi ini?

Katakan padaku, frens!

Jadi aku berteriak dalam hati, tapi aku tau tak ada bantuan yang datang padaku, jadi aku memutuskan untuk menerima penghakiman yang akan datang.

Aku bertanya-tanya bagaimana penampilanku dari mata rubi Aina?

Tapi terlepas dari kenyataan kalau aku berkeringat deras karena ketakutan, dia tersenyum.

“Selamat pagi, Hayato-kun

…Selamat pagi

Apakah mereka terasa enak?

“……”

–Bagaimana aku harus bereaksi terhadap itu!

Ekspresi Aina saat dia menatapku, dengan lembutadalah sesuatu untuk dilihat.

Dia memiliki senyum yang sangat lembut, dan karena aku dekat dengannya, aku hanya bisa mengaguminya–

–Ini buruk… Fenomena fisiologis itu harus terjadi dalam situasi ini… mornings (TN: pasti tau lanjutannya kan)

…Ah!

“……”

Karena dia memelukku, tidak hanya dengan lengannya, tapi juga kaki yang saling terkait, dia pasti merasakannya.

Begitu dia menyadarinya, dia mundur sedikit, aku kemudian melihat pipinya memerah tapi aku tidak bisa mengatakan apa-apa padanya.

“…Hah… unn!”

Dan mau tak mau aku merasa bahwa napas Aina menjadi lebih kasar dari sebelumnya, jika tidak begitu mengejutkan.

Tetap saja aku tidak bisa melarikan diri dari situasi ini, karena kekuatan lengannya belum mengendur sedikit pun…

Kemudian Arisa akhirnya bangun.

“…Ora? Apa ini punggung Hayato-kun yang aku lihat?”

“A-Arisa-san?”

“Kenapa kamu memanggilku –san? Bukankah ini sebaliknya?”

Apa kebalikan dari yang kau bicarakan?

Entah dia tau atau tidak, Arisa, yang telah bangkit, terus berbicara padaku, yang merasa ingin bunuh diri karena sangat malu.

Bukankah kalian berdua terlihat sangat merah?

–Itu benar aku sangat merah.

Aina dengan cepat campur tangan ketika dia merasa Arisa akan bertanya lebih jauh.

“Tentu saja Hayato-kun akan memerah jika kamu menatapnya sedekat ini. Sekarang, Nee-san, semuanya baik-baik saja jadi, bisakah kamu menyiapkan sarapan terlebih dulu!”

…Hmm? Yah, oke. Aku akan pergi… tapi sebelum itu”

Arisa membungkuk sedikit dan menatap mataku.

Selamat pagi, Hayato-kun

“…Selamat pagi, Arisa”

Senyumnya seindah Aina.

Arisa meninggalkan ruangan tepat setelahnya, lalu Aina dan aku menghela nafas

Tapi… dia masih memelukku…

Ketika Arisa pergi, Aina akhirnya melepaskanku dan aku akhirnya bisa keluar.

Aku minta maaf atas semua yang terjadi!

Aku menundukkan kepalaku sambil berlutut.

Tak bisa dihindari bagiku untuk dipeluk karena aku berada di tengah, tapi yang terjadi selanjutnya adalah akibat dari imanku yang lemah.

Aina terkikik saat aku terus membungkuk untuk sementara waktu.

“Ini benar-benar baik-baik saja. Dan itu salahku karena memelukmu sejak awal”

“Tapi…”

–Berhenti di sana! Jika Aina tidak keberatan, maka seharusnya aku juga tidak.

Itu adalah kecelakaan yang tidak menguntungkan.

Jika dia tidak mengatakannya, aku akan mati karena malu, bukan lelucon.

Setelah sedikit tenang, aku melihat ke arah Aina, mata kami bertemu dan kami tersenyum.

“…Ahn

“Aina?”

Namun demikian, aku buru-buru meninggalkan tempat tidur, tapi untuk beberapa alasan, Aina tetap terbungkus futon.

Tapi saat aku memiringkan kepalaku dengan heran melihat Aina, yang sedikit berkedut, Arisa kemudian kembali ke kamar.

Kalian berdua, Ibu sudah membuat sarapan, ayo turun?"

“Y-ya. Bagaimana denganmu, Aina?”

“Ya… aku akan menyusul kalian sebentar lagi”

“? Baiklah”

Aina mengantarku pergi, dan bersama Arisa aku menuju ruang tamu.

Saat aku memasuki ruang tamu, Sakuna-san menyapa kami, aku mencium aroma harum yang tercium di udara.

“Selamat pagi Hayato-kun, apa kamu tidur nyenyak?”

…Ah iya. Aku tidur sangat nyenyak”

“Fufu, senang mendengarnya”

Padahal, aku benci mengatakan kalau aku mungkin bisa tidur nyenyak karena berada di sebelah dua putri cantikmu.

Tak perlu dikatakan, pengalaman itu lebih dari yang bisa kutanggung.

Beberapa saat kemudian, Aina, segar kembali, bergabung dengan kami dan kami sarapan bersama.

Nasi putih, telur goreng, makarel bakar, salad, dan sup miso… sangat enak.

Hari ini adalah hari Minggu, jadi tak ada yang istimewa yang harus kulakukan, tapi kupikir aku akan termotivasi untuk bekerja keras sampai akhir hari setelah sarapan yang begitu lezat.

Karena biasanya, sarapanku selesai hanya dengan sepotong roti panggang.

“Terima kasih atas makanannya”

Terima kasih atas waktumu”

Setelah sarapan aku membantu mencuci piring.

Meskipun dia mengatakan padaku bahwa itu baik-baik saja, aku tak ingin menjadi beban baginya.

Saat aku sedang mencuci piring dengan Sakuna-san, dia tiba-tiba berkata–

“Suamiku biasa membantuku seperti ini. Itu mengingatkanku padanya saat kamu di sampingku”

“Benarkah? Aku juga sering membantu ibuku”

“Bagaimana bisa… Sekarang aku sedikit iri pada ibu Hayato-kun”

Begitu

Aku baru mulai membantu ibuku secara aktif setelah ayahku meninggal.

Itu benar-benar membuatku senang mendengarnya berterima kasih padaku setelah itu, bahkan untuk bantuan kecil seperti itu.

Terima kasih, Hayato-kun

“Terima kasih, Hayato”

–Ahh, kenapa sekarang aku memikirkan masa lalu…

Arisa dan Aina telah kembali ke kamar mereka untuk berganti pakaian, jadi hanya aku dan Sakuna-san di sini sekarang.

Tepat setelah kami selesai mencuci piring, Sakuna-san memelukku.

Sakuna-san?

Tidak apa-apa. Aku bilang kemarin, tidak apa-apa untuk dimanjakan sesekali. Aku tau aku tak bisa menjadi ibu kandungmu, tapi setidaknya izinkan aku memanjakanmu”

Kukira ingatanku sebelumnya terlihat jelas di wajahku…

Aku akan melakukan apapun yang kamu suka, Hayato-kun, oke?

Apapun?

Maksudku, itu lelucon yang sangat lucu.

Tak mungkin itu akan terjadi sesederhana itu.

Apa pun. Katakan padaku, dan aku akan melakukan apapun yang kamu mau. Aku ingin memanjakanmu. Dan aku ingin meluluhkan Hayato-kun dengan semua yang kumiliki”

“…”

Tapi kata-kata yang kembali padaku terasa seperti tamparan di wajah.

Berat dari kata-katanya sama, tapirasa manis yang langsung masuk ke otakmu dan menggerogoti alasanmu, yang kurasakan dari kata-kata Sakuna-san, membuatku merasa aneh.

Itu adalah daya tarik yang berbeda dari Arisa dan Aina, rangsangan yang sangat manis yang mengguncang otakku. (EDN ENG: YES!! H**L YEAH!)

Mata hitamnya, berbeda dari mata biru Arisa dan mata merah Aina, memantulkanku.

“…Fufu, sebanyak itu aku memintamu untuk bermanja pada kami. Kuyakin kita akan memiliki hubungan yang langgeng mulai sekarang”

“Y-ya…”

Meskipun itu pertanyaan sederhana, aku ketakutan ketika otakku mencoba menjawab pertanyaan apakah aku bisa tenggelam pada orang ini, meskipun hanya sesaat.

Aku takut pada diri sendiri mencoba menganggukkan kepala kepada orang yang memanjakan bernama Sakuna.

Kemudian para saudari kembali dan kami berempat berbicara lagi tentang banyak hal.

Waktu berlalu begitu cepat, dan aku sekarang akan meninggalkan rumah shinjo.

“…Haah”

Saat aku sampai di rumah, aku menghela nafas panjang.

“Sampai jumpa lagi, Hayato-kun”

Sampai berjumpa lagi! Dan aku punya kejutan untukmu, jadi nantikan itu!”

Aku penasaran dengan apa yang mereka katakan padaku saat kami berpisah.

Kurasa aku tidak akan tau sampai besok.

“…Entah bagaimana, rasanya seperti keluar dari jaring laba-laba”

Akan tidak sopan untuk mengatakan kata-kata itu kepada merekameskipun aku merasa seperti akan memanjakan diri dalam utas manis mereka.

Kupikir begitu untuk sementara waktu…

 

Prev || ToC || Next

Komentar