Kasus Tentang Kakak Beradik yang Menjadi Sangat Terobsesi Denganku Setelah Aku Menyelamatkan Mereka - Chapter 20

ReanS


 

Chapter 20 – Enam

 

Dua minggu telah berlalu sejak aku tinggal di rumah Shinjo.

Mungkin terdengar sedikit tidak senonoh, tapi hari itu telah terpatri dalam benakku sebagai pengalaman yang tak terlupakan.

Yah, tak mungkin bagiku untuk melupakan waktu itu.

Itu selalu muncul setiap saat.

“Ini tak bagus…”

Aku menggelengkan kepalaku dan berhasil menghilangkan pikiran-pikiran itu.

Aku di kelas sekarang, aku harus berkonsentrasi dan tidak memikirkan hal-hal aneh… tapi sekeras apapun aku mencoba, aku tetap tak bisa menghilangkan pikiran tentang para gadis itu. (TN ENG: Gadis termasuk semua orang, termasuk Sakuna)(EDN ENG: seharusnya hanya Sakuna)

Sejujurnya, aku mengatakan kalau dua minggu telah berlalu sejak itu, tapi tak ada yang benar-benar berubah di permukaan, tapi di balik layar, perubahan besar telah terjadi di sekitarku.

Tak ada yang mengetahuinya selain aku, dan perubahannya lambat dan bertahap, merayapi padaku.

Jadi itu untuk hari ini

Ya pak. Semuanya, berdiri, membungkuk

Sementara aku memiliki pemikiran ini, kelas berakhir dan itu adalah waktu makan siang.

Aku pergi ke kantin bersama teman-temanku seperti biasa.

Tidak seperti mereka, aku tidak memesan apa pun, karena aku sudah punya bento di tanganku, yang merupakan sesuatu yang seharusnya tak kumiliki, setidaknya secara normal.

“Hei Hayato, makan siang itu terlihat sangat enak”

Aku sangat iri padamu beri tau kami siapa yang membuatnya untukmu

“Ahaha… yah, seseorang yang peduli padaku”

Teman-temanku menatap bento yang kubuka.

Nutrisi dipikirkan dengan baik, dengan susunan daging dan sayuran yang seimbang.

Ya, salah satu perubahan pertama yang kusebutkan sebelumnya adalah bento ini.

Kejutan yang Aina katakan padaku hari itu adalah bento ini.

“Mulai sekarang kita akan membuat bento untuk Hayato-kun. Aku membuatnya sendiri, kamu tak perlu malu-malu, oke?”

“Ya, apa yang dia katakan. Jadi silakan makan dan beri tau aku pendapatmu

Pada saat itu, aku diberi bento secara mendadak, tapi itu sebenarnya berlanjut selama dua minggu terakhir.

Tentu saja aku berterima kasih atas perhatian mereka, tapi aku lebih menyesal dari sebelumnya.

Namun, aku dimanjakan oleh kenyataan kalau para gadis ini tidak membuatku merasa terbebani sama sekali.

“…Sejujurnya, ini enak”

Kehangatan yang biasanya tak bisa kau rasakan dari makan makanan kantin sekolah terdapat dalam bento ini, dan setiap kali aku memakannya, pipiku hampir mengendur karena kelezatannya.

Sepertinya Sakuna-san terkadang bergabung dengan mereka saat memasak, dan mereka bertiga membuatkan bento untukku pada hari yang berbeda, tapi pada hari khusus ini, secara misterius aku bisa mengenali… siapa yang membuatnya untukku.

Aku tak tau mengapa, tapi otakku mungkin sudah mempelajari selera individu ketiga orang itu.

“Tapi sungguh, akhir-akhir ini kau sepertinya bersenang-senang, Hayato”

“Begitukah?

Aku berhenti makan dan menoleh ke temanku.

Bersenang-senang, jika kau bertanya padaku, mungkin memang begitu.

Selain hal-hal sekolah yang biasa, aku bisa mengatakan kalau hari-hari yang kuhabiskan bersama teman-temanku pasti menyenangkan.

Dan meskipun mereka bukan bagian dari lingkaran itu, Arisa, Aina, dan Sakuna-san, yang baik padaku secara pribadi, mungkin adalah bagian besar dari itu.

“Ya, kurasa… itu mungkin benar”

Lihat, kau tidak pernah tertawa seperti itu sebelumnya, kan?

“…Kenapa kau menatapku seperti orang gila?”

Tentu saja. Kau adalah temanku dan aku peduli padamu

Ibuku bahkan menyuruhku untuk melihat apa kau kesepian

Orang-orang ini… membuatku sangat bahagia sampai-sampai kupikir aku akan menangis.

Teman-teman yang tersenyum padaku dan menepuk pundakku.

Merekalah yang peduli padaku saat aku kosong sejak ibuku meninggal.

Adanya mereka, bisa kukatakan dengan pasti bahwa itu merupakan bantuan yang cukup besar bagiku.

…Terima kasih kawan

“Oh, Hayato malu~”

“Manis sekali”

“…Aku menarik kembali apa yang aku katakan sebelumnya, bodoh!”

Jika seseorang dengan jujur mengucapkan terima kasih, inilah yang mereka dapatkan.

Tapi tentu saja tak ada pertengkaran dan kami hanya saling menertawakan.

Kami selesai makan siang seperti itu dan kembali ke kelas, tapi di tengah jalan kami bertemu Arisa dan Aina sedang berjalan bersama teman-teman mereka.

Ketika gadis-gadis itu menemukanku dan berjalan ke arahku.

Yahho, Hayato-kun

Apa kamu sudah selesai makan siang?

Ya. Baru saja

Sedikit demi sedikit, gadis-gadis ini mulai terlibat denganku di sekolah.

Aku bisa mengenal mereka secara perlahan dan alami agar tidak membuat mereka merasa tak nyaman.

Berkat ini, aku tidak dicemooh oleh laki-laki mana pun yang memiliki perasaan terhadap mereka ketika kami berbicara seperti ini.

Kalau gitu Hayato, kami pergi ke kamar kecil

Oke!

Sampai ketemu lagi!

Teman-temanku menuju ke kamar kecil dan hanya aku dan dua gadis yang pergi dari sini.

Meskipun teman mereka memandangku dengan penuh minat, aku tidak merasa tidak nyaman tentang hal itu.

“Fufu, jadi begini caranya berbicara dengan Hayato-kun tanpa bersembunyi

“Aku tau. Tidak selalu mungkin untuk berkumpul di ruang kelas yang kosong”

Aku tentu senang bisa berbicara dengan mereka di sekolah seperti ini.

Dan…

…Aku melihat ke arah Aina.

Terima kasih. Makan siangmu enak lagi hari ini”

“Hehehe Sama-sama”

Aku tau itu Aina yang membuatnya untukku hari ini.

Hal yang sama bisa dikatakan untuk Aina, yang memasak untukku hari ini, dan untuk Arisa dan Sakuna-san, mereka benar-benar mengendalikan seleraku.

Aku belum pernah berbicara dengan mereka tentang hal-hal seperti itu, tapi aku sedikit terkejut melihat mereka menggunakan rasa favoritku sambil menjaga keseimbangan yang baik.

Aku tak bisa cukup berterima kasih. Terima kasih banyak

Tak masalah. Itu yang kami suka lakukan”

“Itu benar, Hayato-kun. Kamu tak perlu khawatir tentang apa pun”

Itu sama seperti biasanya, aku tak bisa berkata apa-apa ketika senyuman seperti itu ditujukan padaku dari mereka berdua.

Sebenarnya, aku telah menolak permintaan mereka sebelumnya karena aku merasa kasihan membuat mereka melakukan pekerjaan tambahan untukku.

Pada saat itu orang yang kutolak adalah Arisa… kepanikannya saat itu sangat luar biasa untuk dihadapi.

“Tidak… aku tidak mau… karena aku ingin berguna? Kamu tidak membutuhkanku… lagi?”

Kenapa dia menatapku dengan putus asa saat itu?

Itulah yang kupikirkan.

Arisa, pada saat itu, terlihat sangat kecewa hingga kupikir jika aku mengalihkan pandanganku darinya, dia akan menghilang.

Jadi, aku tidak bisa tidak memintanya untuk melanjutkannya…

Sejujurnya aku bertanya-tanya mengapa dia begitu kecewa.

Tapi aku tidak ingin melihat Arisa seperti itu lagi jadi aku mengalah, dan aku terus memanfaatkan kemurahan hati mereka sejak saat itu.

Tak apa, Hayato-kun

“Tak apa untuk dimanja, Hayato-kun”

Mereka berdua mengulurkan tangan dan masing-masing dengan lembut meremas tanganku.

Setiap kali aku merasa gusar pada sikapku, para gadis ini bertindak seolah-olah mereka bisa membaca pikiranku dan meyakinkanku dengan cara ini.

Aku lega dengan itu, dan ada bagian dari diriku yang berpikir aku harus lebih lunak.

“…Terima kasih, kalian berdua. Sungguh”

Aku mengenal para gadis ini setelah apa yang terjadi, dan tak ada keraguan tentang itu.

Aku telah membantu mereka, dan mereka mengandalkanku untuk dukungan emosional seperti halnya diriku.

Itulah jawaban yang bisa kuberikan tak peduli logika apa yang kucoba.

Kemudian kami berpisah dan aku kembali ke kelas untuk menghabiskan waktu seperti biasa.

Sepulang sekolah, aku berjalan kembali ke rumahku.

Dalam perjalanan, aku secara alami melewati rumah Shinjo, dan di sana aku melihat Arisa, yang telah berganti pakaian kasual.

Tepat waktu. Haruskah kita pergi?”

“Aah”

Aku mengangguk pada kata-kata Arisa dan mulai berjalan lagi.

Tempat yang kami tuju adalah rumahku.

“Masuklah”

“Maaf mengganggumu”

Perubahan kedua, yang kusebutkan di pagi hari, adalah bahwa para gadis ini sekarang datang ke rumahku seperti ini.

Ini mungkin perubahan terbesar dari semuanya.

Mereka mulai datang ke rumahku untuk memasak makan malam.

Hal pertama yang Arisa lakukan ketika dia memasuki rumah bersamaku adalah pergi ke altar Buddha.

Setiap kali Arisa dan Aina datang ke rumahku, mereka selalu menyapa ayah dan ibuku.

Bahkan jika mereka tidak bisa bertemu satu sama lain, mereka benar-benar ingin menyapa orang tuaku.

“Maaf mengganggumu hari ini. Ayah, ibu

Apa yang dia pikirkan, memejamkan mata dan berdoa?

Aku tak tau itu karena aku tak bisa membaca pikiran mereka.

Tapi ketika aku memiliki kesempatan untuk melihat mereka seperti ini, aku bisa berpikir dengan tenang.

Para gadis ini pasti bergantung padaku.

Dan itu sama untukku juga

Apa yang harus kami lakukan dalam kasus ini?

Aku berharap ada semacam pusat konsultasi yang bisa kukunjungi di saat seperti ini… pikirku.

 

Prev || ToC || Next

Komentar