Kasus Tentang Kakak Beradik yang Menjadi Sangat Terobsesi Denganku Setelah Aku Menyelamatkan Mereka - Chapter 03

ReanS


 

Chapter 03 – Tak ada Labu di Tangan, Artinya Tak Akan Terjadi Apa-apa

 

Mengatakan aku sedang bosan mungkin akan tidak sopan terhadap sensei yang sedang mengajariku belajar, tapi aku senang jam sekolah akhirnya berakhir.

Teman-temanku mengundangku keluar untuk karaoke, tapi setelah apa yang terjadi kemari, aku ingin bersantai dan beristirahat sedikit lebih banyak.

“Yah, jika kau berkata begitu, ya sudah”

“Oke. Bukan maksudku untuk tak peka”

Tentu saja, aku tau.

Aku adalah salah satu diantara itu semua, tapi tak mungkin bagi mereka untuk mengetahuinya.

Tapi kupikir mereka mengundangku untuk hang out dengan mereka untuk membantuku melupakan insiden yang terjadi didekatku, tak peduli seberapa tidak berhubungannya aku dengan itu.

Aku sungguh sangat bersyukur atas kebaikan mereka, dan aku juga bersyukur bahwa mereka adalah teman-temanku.

Aku meninggalkan mereka dengan janji bahwa aku akan menghabiskan Halloween minggu ini di rumah mereka dan akan bermain sebanyak yang kami bisa tanpa peduli apapun.

“Hmm, ini bahkan belum musim dingin, tapi sudah sedingin ini. Aku harus mengecek ke toserba untuk mendapatkan sesuatu yang membuatku hangat… eh?”

Aku sedang memikirkan tentang membeli segelas kopi panas di toserba ketika aku melihat Arisa-san mengikuti seorang anak laki-laki di depanku.

Seorang pria dan seorang wanita, sepulang sekolah, kemungkinannya adalah pergi keatap, tiga kata kunci itu memberiku ide apa yang sedang terjadi.

“Aku sudah mengalami hal mengerikan kemarin, jadi beri aku istirahat lah”

Yang berjalan dengan Arisa-san adalah seorang pria tampan dari tim sepak bola, kupikir dia berada di kelas yang sama dengan adiknya?

Seriusan, jika bukan karena apa yang sudah terjadi, ini akan menjadi pengakuan atau keberuntungan yang lebih baik lain kali, tapi mengesampingkan perasaan buruk tentang ini, aku penasaran.

“…Yah, ini juga bisa disebut sesuatu seperti takdir”

Aku mengikuti mereka, mencoba untuk tak ketahuan.

Seperti yang kuduga, mereka pergi ke atap, dimana si laki-laki berbalik ke arah Arisa-san dengan ekspresi serius di wajahnya seperti telah menetapkan pikirannya.

“Arisa-san, mau kah kamu menjadi pacarku?”

Lihat, aku tau itu, itu adalah pengakuan.

Laki-laki itu harusnya cukup popular, dan mungkin ada beberapa gadis di kelasku yang memiliki perasaan padanya.

Bagaimanapun, jawaban untuk pengakuan dari seorang pria tampan adalah tidak.

“Maafkan aku. Aku tak bisa berkencan denganmu karena aku punya seseorang di pikiranku”

“…Apa?”

Fu–n?

Mengesampingkan ekspresinya yang tidak percaya, aku tak habis piker kalau Arisa-san akane menjawab seperti itu.

Siapa orang bodoh yang menyebarkan rumor tentangnya kalau dia adalah pembenci laki-laki garis keras… ketika dia sudah ada seseorang di matanya.

“Apa itu cara lain untuk mengatakan tidak?”

“Tidak, itu adalah kebenarannya”

Seriusan, ini informasi bagus…

Tunggu sebentar, suara siapa itu?

Dengan senyum canggung aku perlahan berbalik untuk menyembunyikan ketidaksabaranku.

Berdiri disana adalah seorang gadis secantik Arisa-san, Aina-san, yang mata merahnya mencerminkan sosokku.

“…!”

“Jangan berisik. Jika kamu membuat suara, mereka akan menyadarinya”

Aina-san dengan lembut meletakakkan jari telunjuknya di bibirku, mencoba membuatku untuk tidak membuat suara.

Aku kebingungan dengan perilakunya ini, tapi terima kasih untuk itu, aku tidak terkejut dan tidak secara sengaja meninggikan suaraku.

“Nee-san berkata dia akan segera Kembali, tapi sebagai adiknya, aku tak bisa untuk tidak khawatir. Meskipun aku tau inilah yang akan terjadi”

Mengatakan, “Pria itu tak ada kesempatan”, dia mencibir,

Lalu dia memalingkan wajahnya ke arahku lagi.

“Dan apa yang kamu lakukan disini?”

“…Eto~”

Aku bersiap untuk ditanya sejauh ini, bahwa mengintip adalah tindakkan yang menjijikan, tapi untuk beberapa alasan, Aina-san tetap menatap ke arahku dengan senyumnya.

Aku agak ragu untuk mengatakan sesuatu, tapi aku memutuskan untuk jujur dan memberitahunya untuk apa aku datang kesini.

“Aku tau kau memiliki hari yang sulit kemarin, kan? Jadi aku bertanya-tanya bagaimana rasanya tiba-tiba mendapat pengakuan dari seseorang hari ini”

“Begitu. Kamu baik sekali ya”

“…Ini aneh bagiku untuk bertanya tapi mengapa kau begitu mempercayaiku begitu mudahnya?”

“Kamu bisa dibercaya. Bagaimanapun begitulah yang kupikirkan. Dan itu lebih baik daripada dicurigai, bukan?”

“Itu benar”

Itu lebih baik daripada dicurigai, itu sudah pasti.

Sementara aku memiliki percakapan seperti itu dengan Aina-san, sepertinya situasa disana menjadi cukup dramatis.

“Aku sama sekali tidak senang sedikitpun mendengar atas apa yang terjadi kemarin! Sulit bagiku untuk memikirkan hal terburuk yang terjadi padamu! Itulah mengapa aku akan melindungimu agar hal itu tak terulang lagi!”

Apa si pria tampan ini dengan kepribadian yang baik?

Saat aku menatap dari pintu yang terbuka, Aina-san, yang dibelakangku, tiba-tiba mendekat seolah-olah dia akan mengintip ke dalam, mungkin dia bertanya-tanya apa yang akan Arisa-san katakan kembali kepada anak laki-laki yang sedang berjuang itu.

“!?”

Tapi dia tiba-tiba memelukku dari belakang, dan dia dengan entengnya menempelkan buah plumnya yang menggairahkan padaku.

“Tak peduli apa yang dikatakannya, Nee-san tak akan mengangguk kepalanya secara vertikal, aku meresa seperti menunjuknya dengan jariku padanya dan tertawa, mengatakan kalau dia tak punya kesempatan untuk memenangkan hatinya”

“…Um, Shinjo-san”

“Apa kamu malu kalau oppaiku menekanmu?”

Seriusan, gadis ini secara mengejutkan mempermainkanku!

Dan juga mereka menyentuh punggungku dan merubah bentuknya!

Meskipun dia mengenakan kemeja dan cardigan, dan meskipun aku tidak menyentuhnya dengan tanganku, entah bagaimana aku bisa merasakan kekencangannya dengan jelas.

“Aku sangat berterima kasih jika kau menjauh dariku”

“Lalu aku tak bisa melihatnya!”

Haahhhh… lakukan sesukamu… meski kupikir dia mencoba mempermainkanku meski hanya sedikit.

Lalu, Aina-san, yang tertawa dan mengangkat tubuhnya menjauh dariku, mengatakan maaf, maaf, dan mengatakan sesuatu…

“Aku dan kakakku memiliki nama belakang yang sama, jadi kenapa kamu tidak memanggilku dengan nama depanku saja? Sebaliknya, bisakah kamu membiarkanku memanggil nama depanmu juga?”

Aku tak keberatan sejujurnya, tapi mau tak mau aku mereasa terintimidasi olehnya.

Kupikir disana mungkin ada sesuatu dibalik itu, tapi apa yang dimiliki di wajahnya hanyalah senyum polosnya.

Aku tak bisa melihat kebenaran dibalik senyumnya itu, tapi tak ada gunanya mencurigainya, jadi aku memutuskan untuk percaya padanya.

“Oke, jadi… senang bertemu denganmu, Aina-san”

“Kamu bisa hanya memanggil namaku”

“…Itu sedikit”

“Fufu, tak apa. Berpikirlah tentang ini lain kali, oke?”

Sepertinya aku berada di level teman yang memanggil dengan nama depannya.

Aku benar-benar cukup dekat dengan Aina-san bagi kami untuk menjadi teman, dan alasannya adalah bahwa kami memiliki percakapan yang menghasilkan beberapa kebetulan.

Jadi aku tak berpikir kami akan memiliki kesempatan untuk berbicara cukup banya di masa depan.

“Lalu giliranku. Senang bertemu denganmu Hayato-kun”

“Ahh… itu?”

“Ada apa?”

“Tidak, aku hanya bertanya-tanya mengapa kau tau namaku”

Aku tau nama Aina-san karena dia terkenal yang dikenal sebagai “Bersaudari Tercantik”.

Tapi dalam kasusku, aku hanyalah orang biasa, seperti seorang mob.

Aku terkejut bahwa dia tau namaku.

“Kamu tau, kita mungkin di kelas yang berbeda, tapi kita masih satu angkatan. Bukankah itu normal?”

“Maaf… banyak orang yang tidak tau nama depanku”

“Ahaha, mengapa kamu tidak berusaha membuat mereka mengingat nama depanmu mulai sekarang?”

Dia dengan tepat pada intinya. Aku mengangguk.

Yah, berbicara dengan Aina-san seperti itu membuatku teralihkan dari apa yang terjadi di atap.

“Tak peduli berapa banyak kamu mengatakannya. Aku tak bisa berkencan denganmu”

“…Aku mengerti. Terima kasih sudah datang”

Sial, dia berlari keluar.

Aku harus dengan cepat dan bersembunyi, dan Aina-san menarikku ketika aku akan bergerak.

Aku cukup terkejut dengan situasi yan mendadak, tapi ketika pintu terbuka, aku berada di titik buta yang tak terlihat, jadi si pria yang mengaku pada Arisa-san tidak melihatku.

“……”

“……”

“Itu hampir saja~”

Kami sangat dekat satu sama lain yang membuatku tak bisa menahan diri untuk menjauh darinya.

Aku mengambil napas dalam-dalam, dan Aina-san membuka mulutnya saat dia menghadap pintu yang mengarah ke atap.

“Yah, lalu, sepertinya drama pengakuan cinta yang menyedihkan sudah berakhir, lalu, aku pergi ke kakakku dulu. Terima kasih menjagaku, Hayato-kun”

“Aku tak tau bagaimana aku menjagamu, tapi aku mengerti. Aku pergi sekarang”

“Ya, sampai jumpa nanti

Dengan mengibar dan melambaikan tangannya, Aina-san pergi ke arah Arisa-san.

Aku berjalan menjauh dan bersyukur bahwa itu tidak berubah menjadi hal yang aneh, ngomong-ngomong… itu lembut dan wangy, kupikir seperti anak laki-laki SMA yang sedang masa puber.

 

※※※※※

 

POV Berganti

“…Yuck, itu menjijikan! Menjijikan, menjijikan, menjijikan, menjijikan!”

“A~ah kamu terlihat agak kasar, Nee-san”

Aina tersenyum pahit kepada Arisa, yang terlihat tak bisa menyembunyikan rasa jijiknya kepada anak laki-laki yang membuat pengakuan persaannya kepada kakaknya.

Namun, perasaan Arisa adalah sesuatu yang sangat dimengerti oleh Aina, karena dia juga membenci pria.

“Aku sudah banyak mendapat pengakuan dari banyak laki-laki, tapi ini benar-benar menjijikan. Aku tidak bercara dengannya sama sekali, tapi kupikir jika dia berpikir bahwa dia bahkan mempunyai kesempatan”

“Itu benar. Pria sungguh mahkluk buas, keji, dan vulgar”

“Ya, ya, ya. Selain ayah kita, aku bertanya-tanya apakah ada pria lain yang layak berada di dekat kita”

“Tidak ada”

Arisa dengan cepat menjawab kata-kata Aina.

Aina tertawa bagaimana dia menjawab begitu cepat, tapi mendesak Arisa untuk segera pulang secepat mungkin.

“Aku memang membenci mereka, tapi Aina, kamu juga sangat membenci pria, kan? Kamu bahkan jijik dengan sentuhan mereka, bukan?”

“Karena mereka kotor”

Tak seperti sang kakak, Aina selalu memiliki senyum cerah di wajahnya, tapi disana ada wajah lain yang tersembunyi dibalik senyuman itu.

Hanya Arisa dan ibunya yang tau tentang itu.

“Dan Aina tidak bisa mengingat nama laki-laki di kelasmu, kan?”

“Aku tidak perlu melakukannya sejak awal juga”

Dia tau nama belakangnya di kepalanya, tapi dia tidak peduli untuk mengingat nama depan mereka, dan bahkan jika dia mendengarnya, dia hanya mengeluarkannya dari kepalanya saat itu juga.

“Omong-omong, aku memiliki waktu yang buruk, jadi ayo kita segera pergi dari tempat ini”

“Ya”

Mengikuti Arisa, Aina juga pergi munuju pintu keluar atap.

Saat setengah jalan, Aina tiba-tiba berhenti.

Dia menatap jari telunjuknya, ujung jarinya yang dia tekankan ke arah bibir Hayato tadi.

“…#paku”

Apa yang ada dipikirannya ketika dia meletakan jarinya di mulutnya?

Dia menggerayangkan lidahnya seperti dia menjilati permen.

Dia tetap menjilatnya sementara dia membuat suara slurping.

Dia berhati-hati agar tidak membuat Arisa berpikir dia melakukan hal aneh.

“…Akan jauh lebih baik jika aku bisa hamil dengan ini”

Bisikan seperti itu dari Aina yang meleleh di udara.

 

Prev || ToC || Next

Komentar